Senin, 22 Desember 2014

AvataR : Kehidupan antara Dua Dunia

AvataR : Kehidupan antara Dua Dunia

AvataR adalah sebuah film yang mengisahkan kehidupan manusia yang bisa hidup di dua dunia. Manusia harus membagi pikirannya kepada tubuh lain yang disebut dengan avatar. Avatar ini dapat berperilaku sebagaimana layaknya manusia dengan diatur oleh sistem saraf yang dihubungkan dengan otak manusia yang menjadi pengendali avatar.  

Ada sebuah penelitian terhadap planet Pandora oleh kelompok penelitian yang dipimpin oleh Dr Grace. Tujuan penelitian ini adalah pencarian mineral planet Pandora yang dapat dijual mahal di bumi. Mineral itu adalah Unobtanium. Tambang Unobtanium ditemukan tepat di bawah pohon Suara, sebuah pohon raksasa tempat berkumpul seluruh suku Omaticaya, bangsa Navi’, penghuni planet Pandora. Penelitian itu didampingi oleh pasukan militer yang dipimpin oleh Kolonel Miles. Misi penelitian ini adalah melakukan pendekatan terhadap suku Omaticaya, mempelajari kehidupannya, sehingga dapat membujuk mereka untuk pindah dari tanah yang di bawahnya terdapat tambang Unobtonium. Untuk itulah Dr Grace menciptakan AvataR, sebuah tubuh yang mirip dengan bangsa Navi’, tinggi-biru-berekor. Tubuh inilah yang digunakan Dr Grace untuk melakukan pendekatan dan belajar kehidupan suku Omaticaya.

Adalah Jack Sully, seorang mantan marinir angkatan laut Amerika yang mengalami kelumpuhan pada kakinya. Ia ikut dalam misi Dr Grace, dengan harapan dapat menggerakkan kedua kakinya kembali, meskipun itu harus menggunakan tubuh avatar. Benar saja, pertama kali mencoba tubuh avatar, Jack langsung bisa adaptasi dengan sempurna. Hingga pada akhirnya Jack terdampar di hutan Pandora, tersesat dan ditolong oleh Neytiri, seorang putri dari kepala suku Omaticaya. Jack mendapatkan restu dari kepala suku untuk belajar kehidupan tentang bangsa Navi’ di bawah panduan Neytiri. Berbulan-bulan belajar dengan Neytiri, hingga Jack sempurna dalam penguasaan ketrampiran suku Omaticaya, serta sukses merangkai hatinya untuk Neytiri.

Ternyata terjadi perselisihan antara Dr Grace dan Kolonel Miles. Dr Grace ingin suku Omaticaya berpindah tanpa adanya kekerasan, dan memang harus memakan waktu yang relatif lama. Namun, Kolonel Miles tidak sabar hingga ia ingin menyerang dengan kekerasan. Kolonel Miles mengambil alih posisi kepemimpinan. Dr Grace yang terluka karena perselisihan tersebut dilarikan ke Pandora untuk meminta pertolongan pada Eywa, dewi sesembahan bangsa Navi’. Namun akhirnya Dr Grace harus menghembuskan nafas terakhirnya. Tinggallah Jack yang mampu melindungi Pandora. Ia mengumpulkan seluruh suku yang ada di Pandora untuk melawan Kolonel Miles dan pasukannya. Peperangan berlangsung tidak seimbang. Pasukan kolonel menggunakan senjata api, bom dan pesawat. Pasukan Pandora menggunakan panah dan burung. Dan kemenangan pun ada di tangan Pandora, dengan bantuan dari seluruh hutan Pandora, para satwa yang perkasa.

Jack dan rakyat Pandora kemudian mengusir para manusia yang membuat kericuhan peperangan tersebut. Dan sebuah akhir yang dipilih Jack, adalah berkumpul dengan teman-temannya di Pandora, dengan tubuh avatarnya. Ya, jack meninggalkan kehidupan manusianya, dan dengan bantuan Eywa, ia benar-benar telah berubah menjadi bangsa Navi’ dan bersatu dengan Pandora.

^_^        ^_^        ^_^        ^_^        ^_^

Kehidupan jack ada di antara dua dunia, dunia manusia dan planet Pandora. Sama seperti kehidupan kita saat ini, dunia nyata dan dunia maya. Di Pandora, jack memiliki kehidupan yang jauh berbeda dengan kehidupannya sebagai manusia. Ia memiliki adat kebiasaan, teman, cara melindungi diri, bahasa, dan tentu masyarakat yang berbeda. Di dunia kita saat ini, dalam dunia maya yang tersambung dalam jaringan internet, kita para pengguna internet memiliki jiwa-jiwa yang lain dalam dunia maya itu. Terserah bagaimana kita akan menciptakan avatar kita di dunia maya. Kita dapat membuat avatar yang mirip dengan kita, tapi bisa juga dengan kepribadian yang sangat jauh berbeda. Di dunia maya, tidak ada kita lagi. Yang ada hanyalah avatar diri kita yang dikenal di masyarakat virtual.

Seperti Jack yang berusaha keras beradaptasi dengan dunia barunya, kita juga harus bekerja keras beradaptasi dengan dunia maya. Karena banyak para manusia yang telah membagikan avatarnya masing-masing, hingga kehidupan di dunia nyata tidaklah cukup untuk bergaul lebih luas. Maka sangat perlulah kita memasuki, beradaptasi, dan bermasyarakat dengan baik bersama dengan para avatar-avatar yang lain di dunia maya. Karena dunia maya juga punya peraturan dan etika yang harus diperhatikan. Salam AvataR,,,


Jumat, 28 November 2014

Kritikan ≠ Hinaan



Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) tahun 2008 keberadaannya kini banyak mengundang pertanyaan. Pasalnya, UU ini bukannya melindungi seseorang tetapi justru memanen “korban”. Sudah banyak korban UU ITE yang terjerat hukum. Hal ini dapat dilihat dari semenjak kasusnya Prita Mulyasari sampai dengan kasus Ervani Emy Handayani.  Saya akan sedikit mengulas tentang kasus Ervani. Saya orang yang berdomisili di Bantul, jadi merasa sedikit gelisah ketika ada warga Bantul yang ikut terkena jerat hukum UU ITE ini. 

Harian Kedaulatan rakyat yang terbit Jumat Legi, 28 November 2014 kemarin menampilkan gambar utama yang menarik. Apakah itu? Sebuah foto yang memperlihatkan Ervani (korban) dan Diah Sarastuty (pelapor) saling berjabat tangan dan memaafkan. Ada sedikit senyuman dari keduanya. Nah jika berakhir kekeluargaan seperti itu, bukankah itu adalah sebuah akhir yang indah?

Pasal yang sering menjerat korban dalam UU ITE adalah pasal yang berbicara tentang pencemaran nama baik. Berbicara tentang pencemaran nama baik, sebenarnya pencemaran nama baik yang seperti apakah itu yang tergolong dalam jeratan UU ITE ini? Dari banyak kasus yang sudah terjadi ada bias makna antara kritikan dengan hinaan. 

Melihat dari pengkritik atau pengepost status. Kata-kata kritikan memang akan sangat terasa pedas jika tidak ditata sedemikian sehingga pembaca nyaman membacanya. Inilah yang menyebabkan kritikan tersebut terkesan menjadi hinaan ketika di baca. Kondisi si pengkritik juga memungkinkan ikut ambil bagian. Apabila kritikan tersebut ditulis/dipost ketika pengkritik sedang dalam keadaan emosi, maka emosi itu pun dapat merasuk dalam tulisan tersebut. OK bahwa kita harus mengkritisi suatu hal, tetapi dalam mengkritisi juga harus memperhatikan aspek-aspek  tertentu. 

Melihat dari si penerima kritikan. Seharusnya, penerima ini merasa bersyukur karena dengan adanya pengkritik ia menjadi lebih tahu bahwa ada sesuatu yang tidak pada tempatnya. (Ada pepatah yang mengatakan bahwa untuk mengetahui kelemahanmu, kamu harus lebih mempercayai musuhmu daripada temanmu). Ketika ia membaca kritikan, sebaiknya ia memposisikan dirinya separuh sebagai si pengkritik dengan berbagai emosi yang dialaminya, dan sebagai dirinya penerima kritik yang bijaksana. 

Korban yangberjatuhan akan terhindari dengan perasaan saling mengerti satu sama lain. Selain itu juga perlu adanya norma, dan sopan santun dalam bergaul di masyarakat virtual. Peraturan perlu dibuat untuk meluruskan, bukan untuk dilanggar. Peraturan tidak tertulis juga mesti dijunjung tinggi. Orang Jawa bilang tentang unggah-ungguh yang diperlukan dalam bermasyarakat, tak terkecuali dalam masyarakat virtual.

Saya bersyukur pada Kasus Ervani mengenal perdamaian  (baca : saling memaafkan). Meski perdamaian tersebut dicapai dengan usaha melawan diri sendiri yang berego tinggi. Saya salut dengan kedua belah pihak yang mampu memutuskan untuk saling berdamai dan memaafkan. Dalam proses hukum yang berbelit-belit akan terasa ringan jika ada hubungan yang kekeluargaan. Bukankah hidup itu begitu Indah? Semoga kasus UU ITE ini cepat selesai. Yuppyyy,,, ini hanyalah opini saya, yang cinta akan perdamaian (Saya yakin saya pantas jadi personil Sailor Moon XD ) bagaimana dengan opini kamu? Saya yakin banyak yang berbeda, karena masalah dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Peace,,,,  :D

Succes Story : pustakawan dengan spesialisasi



Apa Spesialisasimu?

Jika kita berbicara profesi seorang dokter, dari pendidikan awal, mereka akan mendapatkan diri mereka sebagai seorang dokter umum. Biasanya kemudian mereka berminat dan melanjutkan mengambil spesialisasi, sehingga muncullah banyak spesialisasi dokter. Dokter spesialis anak, spesialis kandungan, spesialis mata, spesialis THT, dan masih banyak spesialis lainnya.  Dan, karena spesialisasi inilah mereka dengan mudah dapat dikenal dan dicari.

Nah,,, bagaimana dengan profesi kita sebagai pustakawan?

Ok, sebagai awalnya, saya akan sedikit bercerita tentang seorang pustakawan yang menurut saya ia telah sukses dengan spesialisasinya. Simak ya,,, :D

Nama lengkapnya Luckty Giyan Sukarno. Ia seorang pustakawin (pustakawan perempuan) yang bekerja di salah satu sekolah di kota Metro, Lampung. Usianya saat ini menginjak 26 tahun. Mendapatkan gelar dari Jurusan Ilmu Informasi dan perpustakaan dari Universitas Padjajaran Bandung. Sukses mendapatkan gelar, ia kembali ke kampung halaman untuk mengabdikan dirinya di tanah kelahiran.

Luckty, begitu biasa ia dipanggil, aktif sekali membaca buku. Saking sukanya membaca ia mengkampanyekan 1 hari 1 buku. Keaktifannya dalam membaca buku, ia tuangkan dalam tulisan berupa resensi buku. Nah,,, di RESENSI ini-lah Luckty mendapatkan dirinya begitu menyatu. Sejak ia mendapatkan kuliah Penulisan Artikel dan Resensi Buku, Luckty merasakan dirinya sangat bersemangat.
Rasa suka menulis resensi benar-benar ia wujudkan dalam tindakan. Sudah sangat banyak buku yang ia baca dan ia resensi. Resensi buku itu dipost kan ke blognya luckty.wordpress.com.  sebegitu seringnya meresensi, Lucty memiliki gaya tersendiri dalam menuliskan apa yang telah dibacanya dari buku.  Tidak berhenti di situ saja, Lucty kemudian bergabung dengan komunitas BBI (Blog Buku Indonesia).  Dimana komunitas tersebut merupakan komunitas para pecinta buku yang hobi banget menulis resensi. Koleksi buku dari masing-masing anggota beragam, dan bahkan satu judul buku bisa mencapai beberapa judul karena dikoleksi dengan mengambil semua bahasa yang digunakan penerbitan. Luckty menemukan komunitas yang pas dengan dirinya.

Apa bukti kesuksesan Luckty dengan spesialisasinya?
Jika kita tengok ke blognya, akan terlihat banget karena resensinya yang ia post, ia banyak dikirimi buku-buku untuk diresensi. Saya tahu bagaimana rasanya mendapatkan kiriman buku. Bagi pustakawan, mendapatkan buku adalah sebuah kebahagiaan tersendiri. Dengan berbagai banyak kiriman buku, semakin memperkaya koleksi perpustakaan. Dan semakin sering ia membaca dan meresensi.
Apalagi? Blognya Luckty juga sering diajak kerjasama dalam lomba resensi buku.
Apalagi? Luckty pernah mendapatkan mention dari pengarang buku di twitternya ketika ia men-twit resensinya tentang beberapa buku terjemahan. 

Untuk tahu banyak prestasinya, silahkan berkunjung ke sini. Di situ, Luckty sedang diwawancarai tentang berbagai hal mengenai dirinya. Luckty juga banyak berbicara tentang perpustakaan di sini
Nah, terakhir, gak afdol kalau belum berkunjung dan mengenal langsung siapa Luckty Giyan sukarno. Klik https://luckty.wordpress.com/

Sudah membaca? Keren bukan????

Menurut saya, Luckty adalah satu contoh pustakawan yang ia sangat aktif dalam spesialisasinya. Sadar akan mengembangkan bakat dengan mencari komunitas yang akan mendukungnya, juga aktif dalam dunia maya untuk mempromosikan buku serta jatidirinya sebagai seorang pustakawan. Jika membaca blognya, nuansa pembacaan akan terasa bahwa menjadi seorang pustakawan adalah sangat menyenangkan.  Saya pribadi, iri dengan kesuksesan Luckty. Saya juga ingin sukses. Ah tidak. Saya juga akan sukses dengan spesialisasi saya sendiri. 

Nah, temen-temen pustakawan, apa spesialisasimu? Yok kita susul kesuksesan Mbak Luckty,,,

Selasa, 18 November 2014

Tuhan Online (juga)?

Tuhan Online (juga)?

Temen-temen di medsos punya cara-cara masing dalam mengup-date status. Ada yang bercerita pengalaman, share berita, juga kegiatan. Ada yang bernuansa bahagia adapula yang galau atau bahkan menyedihkan. Hmm,,, ya benar, setiap orang memiliki caranya masing-masing, tapi,,,, ada yang sedikit mengusik pikiranku. Tentang status mereka yang berkomunikasi dengan Tuhan. Nah lo,,, (dahi berkerut).

               “Ya Allah,,, jika memang ia baik untukku, dekatkan ya Allah. Tapi jika tidak, buatlah ia menjadi baik                         untukku ya Allah”
                 “Oh my God,,, please help me!!!!”
                 “Ya Allah,,, paringono duit engkang kathah”

Dah. Cukup tiga saja contohnya ya. Sebenarnya banyak sekali, tapi yakin deh para netizen udah sering banget menjumpai kalimat-kalimat sejenis dengan yang dicontohin di atas. Banyak macam dan versinya. Ada yang doa berjamaah (minta peng-amin-an), ada yang nitip doa di Mekah, ada juga yang minta peng-amin-an paksa dengan sedikit ancaman. Aihh,,, cobalah tengok dinding medsos,,,

Bagus banget aktifitas keagamaan seperti doa akhirnya bisa masuk internet juga. Kereen,,, dan salut buat pencetus ide pertama kali ber-religi ria di dunia maya. Banyak hal yang bisa dilakukan dengan jaringan internet ini, mulai dari ngeblog saja kita udah bisa dakwah dan amal jariah. Tapi juga bakal jadi jalan cepat ke neraka kalo mpe salah nulis dan menyesatkan berbagai pihak,,,So, hati-hati sangat diperlukan di sini. Jangan jadikan ajang saling mencela, toh nantinya yang jelek pihak kedua-duanya kan,,,,

Ok. Kembali ke topik. Tentang status yang berkomunikasi dengan Tuhan. Ada beberapa tanda tanya gedhe di otak ketika membaca up-date doa. Tanda tanya itu amat berat sehingga membuat dahi berkerut. Pertama,,, sampai gak sih doa mereka yang notabene status medsos itu ke Tuhan? Iya bener Tuhan itu segala Maha. Lalu,,, gimana cara Tuhan untuk menjawab doa hambaNya itu? Maav, tapi kenapa aku bisa berpikir tentang Tuhan yang bakalan mbales itu doa dengan “status” juga ya? Aih-Aih-Aih,,,,,,, mungkin gak sih?

Aku gak ragu bahwa Tuhan itu mendengar apa doa hambaNya. Cuman, kalo pakai medsos kan sudah berkaitan dengan suatu perangkat. Apa iya Tuhan harus punya perangkat buat jawab status-status itu? Apa Tuhan harus punya server sendiri, dan meminta beberapa malaikat untuk menangani status yang berjubel? Yah,, itu jika. Dan hanya jika. Apa yang terjadi jika Tuhan benar-benar online ya?

Dan,,,, jika benar Tuhan nanti online,,,, bagaimana jika statusmu itu mendapat jawaban (komentar) dari-Nya?
Aih,,,, pasti kamu gak bakalan percaya kalo itu Tuhan…



Berkawan IT untuk Kemajuan

Judul                : Teknologi Informasi dan Fungsi Kepustakawanan Penulis              : Rhoni Rodin Penerbit            : Calpulis ...