Sabtu, 24 Januari 2015

Proud to be a Librarian

^_^          ^_^          ^_^

Tugas kami selanjutnya adalah melakukan riset perpustakaan untuk mendalami latar sejarah Indonesia tahun 1965 dan bagaimana Pemerintah Amerika melihat Indonesia saat itu. Meskipun kali ini kami tidak perlu tumpangan tapi Mas Garuda tetap memaksa untuk mengantar. Tujuan riset kami pertama adalah perpustakaan yang konon paling lengkap sedunia, Library of Congress atau LOC. Perpustakaan yang terletak di belakang Capiton Hill ini didirikan tahun 1800. Hebatnya, koleksi LOC terus tumbuh, tercata lebih dari 100 juta item ada di dalam katalognya, yang terdiri dari puluhan juta,  buku, film, kaset, microfilm, dan bahkan tablet batu yang berasal dari 2000 tahun sebelum masehi.

Kami berjalan melintasi ruangan perpustakaan di Gedung Congress yang berdinding pualam. Aku menengadah mengagumi langit-langit berlekuk dan tiang-tiang kekar bergaya Yunani. Kami sampai di loket peminjaman yang dijaga seorang perempuan kulit hitam dengan rambut keriting ikal dan wajah mirip Janet Jackson.  “Hi, my name is Bonnie. How can I help you, Sir?” sebuah pin besar tersemat di kelopak bajunya bertuliskan I am proud to be a librarian.

Profesor Deutsch pernah bilang bahkan kita bisa menemukan buku-buku tua yang sudah tidak ada di Indonesia. “Buku pelajaran ‘Ini Budi’ saja ada,” katanya. Mana mungkin? Tapi aku mau mencoba memasukkan kata kunci ke dalam katalog digitalnya. Banyak sekali buku tentang CIA dan juga sejarah Indonesia di masa Orde Lama. Di katalog aku juga menemukan Al-Quran terjemahan bahasa Inggris yang pertama dan Didjempoet Mamaknja, novel karya Buya Hamka yang terbit tahun 1962 yang selama ini sulit dicari. Aku ingat, ayah pernah bercerita bahwa novel ini bercerita tentang beberapa kelemahan pelaksanaan adat di Minang.

Ada pula Kamoes Bahasa Minangkabaoe-Bahasa Melajoe-Riaoe, karangan M. T. Sutan Pamuntjak yang diterbitkan di Batavia oleh Balai Pustaka tahun 1935, Majalah Panji Masyarakat edisi lama yang memuat gambar kampungku di Maninjau, serta buku Alam Takambang Jadi Guru karangan A. A. Navis.

Aku serahkan kertas yang berisi daftar buku yang aku cari kepada Bonnie. Beberapa menit kemudian dia datang membawa setumpuk buku-buku perminataanku. Ajaib, buku Hamka yang terbit sebelum aku lahir itu kini terpegang di tanganku. “Kami punya koleksi lengkap hampir semua buku karangan Hamka ini di sini’” Kata Bonnie seakan dia kenal dengan Hamka.

“Ayo Mas, mau pesen buku apa?” tantangku ke Mas Garuda.
“Mereka punya majalah Indonesia lama gak? Kayak Si Kuncung
“Coba aja.”

Dalam sekejap Bonnie kembali datang dengan sebuah bundel besar. Majalah Si Kuncung dari tahun ’60 sampai ’70. Mas Garuda langsung tergagap-gagap membalik-balik halaman. “Saya jadi ingat dulu sering membacakan cerita-cerita majalah ini untuk Danang.” Katanya dengan suara tercekat.

Sedangkan Dinara bersuka ria mendapatkan buku tahun 1983 yang sudah lama diincarnya, The Making of Tintinoleh Herge.

Aku terbungkuk-bungkuk berterimakasih kepada pustakawan ini. Dia tertawa ringan sambil bilang, “It is always nice to match a book with a person.” Senangnya menjodohkan buku dengan orang. Tidak ada yang lebih penting daripada riset yang baik untuk wawancara dan menulis. Dan tidak ada riset yang baik kalau tidak ada tenaga pustakawan yang berdedikasi.

Dengan agak narsis, aku iseng mengetik namaku sendiri di katalog elektroniknya. “Dinara, lihat ini!” teriakku menunjuk layar komputer yang berkedip-kedip. Bangga juga rasanya melihat namaku, dan juga Dinara, muncul sebagai tim penulis beberapa laporan investigasi yang diterbitkan oleh majalah Derap. Ternya kami punya potongan juga untuk masuk dalam katalog koleksi perpustakaan yang luar biasa ini.

^_^          ^_^          ^_^

Novel                    : Rantau 1 Muara
Penulis                 : Ahmad Fuadi
Penerbit               : Gramedia

Halaman              : 284-286 

Minggu, 18 Januari 2015

Tenaga Perpus Desa akan Dikuliahkan Gratis

Daily  --  Tribun Jogja
Edisi   --  Senin, 19 januari 2015
Hlm    --  15 : Jogja Life
Judul   --  Tenaga Perpus Desa Akan Dikuliahkan Gratis



Kabar bahagia untuk para relawan pustaka di desa-desa. Bersorak gembiralah para pecinta buku di seluruh polosok kampung di Yogayakarta. Hip-hip,,, hoorayyyy!

Tahukah kalian? BPAD DIY menyediakan 3,2 milyar untuk pembangunan perpustakaan baru di 86 desa tahun 2015 ini!
Tahukah kalian? Untuk relawan pustaka di setiap perpustakaan desa akan dikuliahkan gratis!
Tahukah Kalian? Selain kuliah gratis, lulus nanti langsung ditempatkan di perpustakaan desa!
Tahukah kalian? Gaji yang direncanakan senilai UMK!

Woa,,,, siapa yang tidak mau? dapat ilmu, dapat pahala, dapat ilmu gratis lagi di perpus. Yook persiapkan diri buat menghadapi program BPAD ini. ^_^

Yogyakarta sedang mengembangkan perpustakaan digital. Koleksinya beragam, mulai dari naskah kuno kraton dan pakualaman, koleksi perpustakaan kirti griya Taman Siswa, dan Jogjasiana. Berkat adanya danais akhirnya naskah-naskah kuno tersebut bisa didigitalkan. Lebih awet, dan lebih mudah diakses, dan tidak merusak koleksi aslinya.


Jumat, 16 Januari 2015

Pernah Bercita-cita Jadi Pustakawan

Daily  --  Tribun Jogja
Edisi  --  Sabtu, 17 Januari 2015
Hlm   --  8 : Celeb Life Style
Judul  --  Pernah Bercita-cita Jadi Pustakawan


"Saya sangat gemar membaca buku. Entah kenapa saya akhirnya terjun ke dunia akting. mungkin karena saya bisa merealisasikan karakter yang saya baca melalui berakting"

JULIANNE MOORE. Seorang aktris pemenang Golden Globe. Tiga nominasi Oscar dan tiga piala Golden Globes menjadi bukti mahirnya Julianne dalam berakting. Selain itu, ia juga dinominasikan sebagai aktris terbaik untuk film komedi dan musikal. Sangat jarang aktris mendapatkan nominasi ganda pada kategori terbaik. Tampaknya, memang Julianne patut diacungi 4 jempol. :D

Seperti apa yang diungkapkannya di atas, bahwa Julianne sangat gemar membaca buku. Dan seperti yang dikutip dari Tribun, bahwa ia bercita-cita menjadi seorang pustakawati. Namun, apa yang terjadi? Justru ia menjadi aktris handal yang dapat berdiri di hamparan karpet merah. Julianne mengira hobinya membaca buku akan mengantarkan ia kepada profesi pustakawan, yang tentu sangat ia idam-idamkan. Saya sangat tahu bagaimana rasanya mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan hobi. Yap,, pekerjaan akan terasa menyenangkan, dan hidup terasa sangat ternikmati. :D Bagaimana dengan kalian?

Julianne tidak mengira, ternyata hobinya membaca buku justru menggiringnya menjadi seorang aktris. Namun, ia menyadari bahwa kemungkinan besar, ia dapat menjadi aktris karena ia mampu merealisasikan karakter tokoh yang ada dalam naskah-naskah filmnya. Saya berasumsi bahwa kemampuan Julianne dalam merealisasikan karakter tersebut secara alami telah terpupuk sedikit demi sedikit mulai dari ia pertama kali membaca sampai dengan entah berapa bacaan yang telah dibacanya. Membaca membuat kita berimajinasi bebas tentang bacaan kita, meski terarah pada plot yang sudah dibuat oleh penulis, namun kita bebas menggambarkannya seperti apapun itu. Julianne Moore, saya rasa kemungkinan ia telah belajar dengan sangat baik melalui kemampuan membaca dan berimajinasinya. Yah,,  terbukti kan, bahwa membaca tak hanya sekedar mengisi waktu luang, tapi juga mengantarkan seseorang pada kesuksesan. Profesi apapun itu, butuh MEMBACA. Setuju bukan?

Ngomong-ngomong tentang kemampuan membaca seseorang, saya kok jadi teringat satu buku. Judulnya Libri di Luca. Buku itu bercerita tentang kemampuan-kemampuan yang terkait dengan membaca. Penasaran? hahaha. Memang dibuat penasara kok. Ok, lain kali saya pasti akan menuliskan tentang buku itu. Untuk sekarang ini,,, satu kata yang bisa saya suarakan. LETTO!

(Aih aih,,, bilang "Letto!" kok saya jadi teringat satu buku lagi. Judulnya "Bacalah!") ^_^

Sabtu, 10 Januari 2015

Whisper of the Hearth : kisah Shizuku, si kutu buku yang suka menulis

Whisper of the Hearth : kisah Shizuku, si kutu buku yang suka menulis

Film ini merupakan film animasi Jepang buatan Gibli Studio tahun 1995. Menceritakan kisah Shizuku Fukushima (tokoh utama) dan Seiji Amasawa. Sesuai dengan judulnya, film ini bergenre film romantis. Lalu, kenapa saya jadikan bahan tulisan di blog? Haik! Shizuku dan Amasawa sama-sama seorang yang cinta buku dan perpustakaan. Lebih dari itu, Shizuku juga suka menulis. Banyak tampilan tentang buku dan perpustakaan di dalamnya. Berikut ceritanya kawan,,,,

Cerita bermula ketika Shizuka menemukan nama Seiji Amasawa dalam kartu buku yang ada di buku yang dipinjamnya dari perpustakaan. Beberapa buku yang dia pinjam, selalu ada nama tersebut. Shizuku pun membayangkan seperti apakah Seiji Amasawa itu. Ia memerikasa buku-buku di perpustakaan, dan tahulah ia bahwa Seiji lebih gila buku daripadanya. Hingga pada suatu hari ia bertemu dengan seorang laki-laki yang memungut buku yang ia tinggalkan di kursi dekat lapangan sekolah. Anak itu tak lain adalah Seiji. Namu, Shizuku mengetahuinya jauh setelah itu, yaitu ketika Seiji memperlihatkan dirinya sebagai pembuat violin di toko barang antik kakeknya.

Seiji menyukai Shizuku. Namun, ia belum memperlihatkan perasaan itu pada Shizuku. Hal ini karena Seiji akan pergi ke luar negeri untuk belajar menjadi pembuat Violin yang handal. Jadi, ia harus meninggalkan Shizuku. Tahu jika Seiji benar-benar mengejar cita-citanya, Shizuku iri berat. Ia mencari keinginan jati dirinya. Dan ia menemukan dirinya bahwa ia ingin menjadi seorang penulis. Ia bertekad bulat, sangat konsisten, hingga nilai di pelajarannya menurun drastis dan membuat ibu Shizuku di panggil ke sekolah.

Ayah Shizuku yang merupakan pustakawan di perpustakaan umum tempat Shizuku seringkali berkunjung dan meminjam melihat kerja keras Shizuku dalam mencari referensi untuk menulis. Mereka sekeluarga bertemu dalam satu meja dan membicarakan tentang Shizuku. Sebagai keluarga, ayah dan ibu Shizuku mengerti dan memberikan kesempatan serta peluang bagi Shizuku untuk mencoba dan memilih masa depannya yaitu menulis novel dan menjadi seorang penulis.

Novel Shizuku berjudul Whisper of the Heart (Bisikan Hati). Novel ini menceritakan tentang Baron (boneka kucing yang berdiri di toko antik milik kakek Seiji). Kisah Baron ini ia tuliskan bersamaan dengan kisah kakek Seiji yang pernah diceritakannya pada Shizuku. Dalam menulis novel tersebut, Shizuku banyak dituntun oleh mimpi-mimpinya selama proses penulisan novel. Setelah novel itu selesai, kakek Seijilah yang menjadi pembaca pertamanya. Shizuku menunggu kakek selesai membca dengan khawatir. Kakek Seiji menyelesaikan dalam satu kali baca, dan mengatakan bahwa karya tersebut sangat bagus. Sebaliknya, Shizuku merasa itu jelek, dan ia harus belajar lagi.

Dengan selesainya novel itu, Shizuku yakin dengan masa depannya sebagai seorang penulis. Ia menyingkirkan rasa irinya tentang Seiji yang mengejar cita-cita menjadi pembuat Violin handal, karena ia juga akan menjadi penulis handal. Sebelum Seiji pergi meninggalkan Jepang, Seiji mengajak Shizuku melihat matahari terbit. Sembari memandang indahnya matahari terbit, Seiji melamar Shizuku. Dan kisah ini pun berakhir bahagia.

^_^        ^_^        ^_^

Yupz,,, menurt saya, film ini recommended untuk di tonton, karena di dalamnya mengulas tentang mengejar mimpi menjadi seorang penulis dengan bekerja dan usaha keras, serta pengorbanan. Menariknya, mereka adalah para pecinta buku yang juga cinta perpustakaan. Saya pribadai, sangat suka film ini :D

Berikut beberapa printscreen dari film Whisper of the Heart.


















Begitu ya,,, jika tertarik, coba cari filmnya, dan selamat menonton,,, :D


Membangun Citra Pustakawan

Membangun Citra Pustakawan

Citra bisa diartikan sebagai gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi, perusahaan, organisasi, ataupun produk. Ada  komponen yang berkaitan erat dengan pustakawan, yaitu pustaka (dalam hal ini adalah sumber informasi yang ada di perpustakaan) dan layanan, perpustakaan, dan pustakawan itu sendiri. Apabila dikaitkan dengan pengertian citra tadi, maka pustakawan dapat dikatakan sebagai pribadi. Perpustakaan sebagai perusahaan/organisasi. Dan pustaka dan layanan sebgai produk.

Bagaimana gambaran pustakawan di mata masyarakat tergantung dari  3 pokok komponen di atas. Namun, komponen pustakawan menjadi tolok dari keseluruhannya. Mengapa? Karena produk dan organisasi berjalan baik atau tidak tergantung dari SDM nya yaitu pustakawan. Bagaimana seorang pustakawan bersikap dan bertingkah laku terhadap masyarakatnya terkait dengan produk dan organisasinya.

Banyak pustakawan yang tidak PD dengan profesinya. Why??? Padahal ini adalah profesi yang menurut saya bergengsi. Seorang dosen saya pernah mengatakan, jika profesi ini ditekuni, pustakawan bisa menjadi profesor ilmu pengetahuan. Percaya diri lah pada diri Anda dan profesi pustakawan. Rekan saya Roro mengatakan menjadi pustakawan itu sangat luar biasa. Lihat di sini untuk membacanya. Melalui kepercayaan diri tersebut, mulailah dengan memanfaatkan media sosial seperti facebook dan twitter untuk bercengkerama dengan masyarakat, dan tunjukkanlah bahwa menjadi pustakawan memang benar-benar LUAR BIASA!!!.

Citra fisik juga perlu diperhatikan. Paradigma lama kita memperlihatkan bahwa banyak orang mencitrakan pustakawan sebagai seorang perempuan/laki-laki tua yang berkacamata tebal, bau buku, jarang tersenyum, dan benci keramaian. Yeah,,, itu dulu,,,. Berubahlah menjadi menarik. Pustakawan kita banyak yang muda-muda. Termasuk saya, hahaha :D . Gak ada salahnya pustakawan mengikuti mode/fashion. Ditambah dengan senyuman ramah yang menjadi penarik pemustaka supaya keranjingan ke perpustakaan dan membaca.

Kesimpulannya,,, mari kita bangun citra kita sebagai pustakawan yang LUAR BIASA. Yang SUPER SEKALI,,, (pinjam kata ya,,,Pak Mario Teguh :D ). Dan katakan dengan bangga I’M LIBRARIAN AND I PROUD OF THIS! ^_^


Salam pustakawan…

Rabu, 07 Januari 2015

Menggapai Kejayaan Islam dengan Perpustakaan Masjid Komarudin



Sejarah mencatat bahwa masa kejayaan dan masa kemunduran islam dipengaruhi oleh perpustakaan. Pada masa kejayaan islam, banyak program-program pengembangan ilmu pengetahuan seperti diskusi, penerjemahan buku-buku ke dalam bahasa Arab, serta eksperimen-eksperimen. Semua hal tersebut didukung dengan adanya perpustakaan yang menyediakan fasilitas tempat serta koleksi yang berisi ilmu pengetahuan. Sehingga dari kegiatan tersebut banyak melahirkan ilmuwan-ilmuwan islam yang hasil penemuannya masih digunakan hingga sekarang. Kejayaan islam mulai memudar ketika perpustakaan terbesar pada zaman tersebut di bakar dan koleksinya di bawa ke negara-negara barat. Islam kehilangan sumber pengetahuan, dan negara barat mulai mengalami zaman keemasan ketika buku-buku itu beralih ke negara tersebut. Maka, jelas sekali disini bahwa perpustakaan mempunyai peran penting dalam membawa zaman ke dalam masa keemasan atau kemunduran.
Di era sekarang ini, perpustakaan kembali mulai digerakkan dari segi keilmuan, teknologi, filosofi, bentuk , jenis dan sekaligus fungsinya. Diantara banyak macam jenis perpustakaan yang ada, perpustakaan Masjid adalah contoh perpustakaan yang masih bergerak dalam ranah keislaman. Pertanyaan yang begitu menggelitik adalah apakah kejayaan islam akan dapat terulang kembali dengan mulai berkembangnya perpustakaan-perpustakaan masjid?Jika pada jaman dahulu itu semua dpat terjadi, kenapa sekarang itu sulit?
Yogyakarta adalah sebuah provinsi kecil di Indonesia yang dikenal sebagai kota pelajar. Kota ini memiliki mayoritas penduduk beragama islam. Kedua hal tersebut, menjadikan Yogyakarta memiliki banyak institusi pendidikan baik itu negeri ataupun swasta yang berdasarkan pada keislaman. Ada Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madarasah Aliyah, Universitas Islam, Pondok Pesantren, Taman Pendidikan Al-Quran, dan Masjid. Semua institusi tersebut menjadi tempat pendidikan. Jika perpustakaan menyatu ke dalam institusi tersebut, dan dimanfaatkan dengan maksimal, intelektual muda muslim akan terlahir dan islam akan berjaya. Sayangnya, Masjid yang merupakan tempat berkumpulnya kaum muslim banyak yang belum memiliki perpustakaan.
Adalah Masjid Komarudin. Berada di Kelurahan Suryodiningratan. Masjid ini adalah satu dari contoh masjid yang memiliki perpustakaan. Cikal bakal masjid ini adalah sebuah Mushola dengan nama al-Ikhsan. Kemudian mulai dibangun dan diberi nama Komarudin. Menurut Truli Santosa, selaku penjaga masjid, Komarudin adalah salah satu nama teman baik Pak Suharto mantan Presiden RI. Masjid ini dibangun dengan sokongan dari keluarga pemilik MAGA Swalayan.
Hal yang menarik dari masjid Komarudin adalah karena masjid ini memiliki perpustakaan. Seperti kisah sejarah pada umumnya, perpustakaan Masjid Komarudin mengalami pasang surut pada masa perkembangannya. Perpustakaan ini mengalami dua fase perkembangan. Fase pertama, terjadi antar 5 sampai 6 tahun yang lalu. Pada fase ini perpustakaan masih sangat jauh dari kata baik. Koleksi buku-bukunya adalah buku lama. Sedikit yang memanfaatkan perpustakaan ini, hingga akhirnya vakum selama beberapa waktu. Namun dalam kevakuman itu, “membuat perpustakaan yang layak” tetap menjadi cita-cita takmir Masjid Komarudin. Fase kedua, adalah fase dimana perpustakaan mulai bernapas kembali. Fase ini terjadi mulai tahun 2012. Bermodalkan rak dan buku-buku yang lama, perpustakaan kembali berdiri, dan selang 4 bulan kemudian, ada bantuan buku dari kelurahan Suryodiningratan. Fase ini berlangsung sampai saat ini. Sekarang, koleksi perpustakaan masjid mulai berkembang, 80% adalah buku-buku baru, 15% buku-buku lama, dan 5% yang lainnya takmir melakukan pembelian buku baru.
Membuat perpustakaan menjadi cita-cita takmir masjid Komarudin. Kesadaran akan membuat perpustakaan ini berawal dari anggota takmir masjid yang sebgaian besar merupakan kaum intelektual. Ada guru, dosen dan yang paling mendukung adalah wakil rektor Unerversitas Negeri Yogyakarta. Dukungan dari mereka sangat berpengaruh dalam sejarah pendirian perpustakaan Masjid Komarudin. Dalam hal ini, jelas sekali bahwa kesadaran akan pendidikan seperti pendirian perpustakaan sangat penting sekali dalam memajukan ilmu pengetahuan.
Pendirian perpustakaan masjid Komarudin tidak terlepas dari peran serta pemuda. Proyek pengembangan perpustakaan diserahkan sepenuhnya kepada RIMASKO (Remaja Islam Masjid Komarudin). Remaja tersebut yang mengatur pembuatan rak, dan bentuk perpustakaan. kaum muda berpengaruh besar dalam kemajuan zaman.
Pada umumnya perpustakaan didirikan untuk memenuhi kebutuhan informasi pengguna. Fungsi perpustakaan seperti ini terdapat pada perpustakaan yang berada di bawah institusi, dan memliki kategori pemustaka yang jelas. Apakah perpustakaan masjid memiliki fungsi yang sama? Pada dasarnya perpustakaan jenis apapun akan memiliki fungsi seperti hal diatas, namun dalam pengaplikasian sesungguhnya terdapat kendala-kendala tertentu yang memungkinkan atau menjadikan fungsi perpustakaan berubah. Hal seperti itulah yang terjadi di perpustakaan Masjid Komarudin. Perpustakaan masjid ini bertujuan untuk memberikan fasilitas ilmu pengetahuan kepada para jamaahnya. Namun, dalam perjalannannya perpustakaan ini kurang berfungsi.
Kendala yang dihadapai oleh perpustakaan masjid Komarudin ada bermcam-macam. Seperti yang dikatakan oleh Truli Susanto selaku sekretaris takmir, kendala tersebut antar lain: Pertama, dari segi pustakawan. Sangat kecil sekali kemungkinan perpustakaan masjid mengangkat seorang pustakawan untuk ditempatkan dalam divisinya. Pada umumnya, yang menjadi pustakawan adalah anggota dari takmir masjid itu sendiri. Anggota takmir tidak selalu ada di masjid, karena sebgaian besar dari mereka adalah pekerja. Hal ini jelas mengakibatkan kosongnya perpustakaan dari kontrol. Kedua, dari segi pemustaka. Pemustaka yang masuk ke perpustakaan biasanya adalah seseorang yang sedang menunggu, atau faktor ketidaksengajaan menemukan perpustakaan di lantai 2. Orang-orang yang datang ke masjid Komarudin biasanya adalah para pekerja yang mampir untuk sholat, yang memiliki sedikit waktu senggang, sehingga perpustakaan menjadi tempat yang “agak” dihindari oleh mereka. Kendala ketiga, ada berita yang menyebutkan bahwa 80% perpustakaan di Yogyakarta itu mati. Kondisi ini membuat takmir masjid berpikir ulang untuk mengembangkan perpustakaan masjid, muncul keraguan apakah perpustakaan akan dapat berjalan atau tidak?
Peran perpustakaan pada masa peradaban islam adalah sebagai pusat belajar, pusat penelitian, pusat penerjemahan, dan pusat penyalinan buku. keempat peran tersebut mengantarkan islam pada zaman keemasannya. Apabila perpustakaan masjid dan perpustakaan yang berbasis islam lainnya bersatu padu untuk melakukan peran tersebut  kembali, akan ada kemungkinan bahwa islam akan mengalami zaman keemasannya yang kedua. Bercikal bakal dari perpustakaan masjid, sedikit demi sedikit akan mengalami kemajuan dan mempengaruhi zaman.
Koleksi perpustakaan masjid Komarudin sangat beragam. Namun, dalam keragaman tersebut, dapat dibagi menjadi 3 kategori besar. Posisi pertama adalah buku-buku agama. Buku ini  paling mendominasi. Jelas sekali bahwa ini adalah perpustakaan masjid yang notabene adalah milik umat muslim, sehingga koleksinya adalah buku-buku yangberkaitan tentang agama islam. Kedua adalahbuku-buku anak. Banyak anak-anak sekitar masjid yang datang untuk TPA dan seringkali ke perpustakaan untuk membaca atau melihat buku-buku bergambar. Dan yang ketiga adalah buku-buku umum, buku selain tentang agama.
Perpustakaan mempunyai jam buka setiap hari mulai pukul 18.00 sampai dengan 21.00. tetapi tidak menutup kemungkinan ketika siang hari untuk buka jam pelayanan. Secara praktikal, jam buka perpustakaan tergantung dari penjaga perpustakaan, apakah ada di tempat atau tidak. Pelayanannya menggunakan sistem terbuka, dengan memperbolehkan siapapun untuk melihat langsung koleksi yang dipunyai oleh perpustakaan. Koleksi perpustakaan hanya dipinjamkan untuk dibaca di tempat. Hanya jamaah yang memiliki kriteria tertentu yang boleh meminjam di bawa pulang, seperti jamaah yang sudah dikenal atau sudah diketahui sifat dan perilakunya.
Kesimpulannya, kemajuan dan kemuduran islam tidak terlepas dari peran perpustakaan. hal ini mendorong untuk membentuk perpustakaan masjid yang akan menjadi cikal bakal perpustakaan besar yang akan mengantarkan islam pada zaman keemasannya yang kedua. Perlu adanya kesadaran masyarakat islam untuk mengubah pemikiran mereka bahwa kemajuan islam tergantung dari penguasaan ilmu pengetahuan. Dan penguasaan tersebut dapat dilakukan dengan adanya peran dan fungsi perpustakaan.

Berkawan IT untuk Kemajuan

Judul                : Teknologi Informasi dan Fungsi Kepustakawanan Penulis              : Rhoni Rodin Penerbit            : Calpulis ...